Selasa, 17 Mei 2016

Apakah Gender Itu?





Pada bab pertama telah dibahas singkat tentang gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural, bukan karena perbedaan biologis. Termasuk dalam persoalan gender adalah pembagian peran antara laki-laki dan perempuan (di luar peran biologis yakni hamil dan menyusui pada perempuan serta membuahi pada laki-laki), serta kepribadian.

Peran gender. Laki-laki memiliki tugas mencari nafkah, memimpin rumah tangga, melakukan pekerjaan kasar, memperbaiki atap, menggali sumur. Perempuan mengurus anak, membersihkan rumah, memasak, mencuci baju. Nah, peran laki-laki dan perempuan di atas adalah peran gender, yakni peran yang diharapkan dari seorang laki-laki dan perempuan karena budaya menghendaki demikian. Oleh sebab budaya selalu berubah, demikian juga peran gender. Tahun 90-an, perempuan tidak ada yang boleh bekerja jadi sopir, saat ini mulai banyak sopir perempuan. Jaman dulu laki-laki tidak mengasuh anak dan tidak mencuci baju, saat ini laki-laki mengasuh anak dan mencuci baju. Boleh jadi, pada suatu saat nanti tidak akan ada lagi peran gender.

Kepribadian. Masyarakat pada umumnya membedakan adanya sifat kepribadian tertentu yang dianggap khas milik perempuan dan sebagian yang lain khas miliki laki-laki. Sifat-sifat yang dianggap khas perempuan misalnya lemah lembut, bijaksana, cerewet, religius, peka terhadap perasaan orang lain, sangat memperhatikan penampilan, mudah menangis, tergantung atau kurang mandiri, dan memiliki kebutuhan rasa aman yang besar. Sifat-sifat yang khas laki-laki misalnya agresif, mandiri, kurang emosional, objektif, kurang peka terhadap perasaan orang lain, ambisius, dominan, logis, dan suka bersaing. Pertanyaannya, apakah hal tersebut benar?

Boleh jadi sifat-sifat yang khas itu memang benar. Kekhasan itu muncul karena sejak kecil masing-masing jenis kelamin memang telah dididik untuk selaras dengan sifat-sifat itu. Misalnya saja agresivitas. Sejak kecil laki-laki dididik untuk agresif, perkelahian anak laki-laki lebih dimaklumi. Permainan mereka berkisar pada persaingan dan peperangan. Sebaliknya anak perempuan dididik kurang agresif. Mereka dilarang melakukan permainan agresif. Permainan yang diberikan pun bukan permainan agresif. Maka kemudian menjadi wajar jika laki-laki lebih agresif ketimbang perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar